Karunias :)
apa yang ingin kamu lihat, lihatlah! tidak semua yang kau lepas akan terhempas tidak selamanya abu-abu tidak punya titik terang, karna aku bukanlah aku dan kamu belum tentu kamu
Minggu, 01 Januari 2017
Awal aku kembali
"hai, sejauh apapun kamu meninggalkan dan melupakan sebuah susunan kata tak bergambar, saat kamu membuka dan menemukan ku lagi. kamu akan benar-benar menjadi dirimu"
Tidak banyak orang yang seaneh aku. Aku yang suka konser, aku yang suka mencari sesuatu yang masih abu-abu, yah naik gunung. Menurutku semua hal itu baik, tergantung sudut pandang orang itu sendiri. Aku yang begitu menggilai jambu cristal, aku yang begitu suka menghabiskan waktu seharian untuk menghabiskan tumpukan novel, aku yang suka pergi sendirian. Iya sendirian, kadang banyak kenyaman yang aku temukan saat banyak orang tidak bisa mengerti. Aku yang suka tempat2 instagramable buat foto-foto dan satu lagi, aku suka nasi ayam belakang fushia:)
Lagi-lagi siang yang begitu terik mengiringiku selama perjalanan,
Sekali lagi, aku memacu motor maticku yang tidak mengkilap;
Aku melihat sebuah bapak-bapak paruh baya di stasiun, sepertinya sepatunya solnya mengelupas. Dia membeli sebuah sandal jepit yang kata penjualnya kekecilan tapi bapak itu tetap memaksa membeli. Tak lama kemudian sembari aku menunggu antrian, aku pandangi dengan seksama; bapak itu marah-marah sendiri dan mancaci sang penjual tadi karena sandalnya kekecilan. Dan bapak paruh baya tersebut membuang sandal itu dengan bibir yang masih melontarkan kata-kata yang tidak pantas. Mungkin aku kurang kerjaan, kenapa sampai begitunya memperhatikan hal seperti ini. Tapi, ada hal yang besar yang bisa aku ambil dari sini.
Untukku; untuk apa memaksakan hal yang tidak sebenarnya kamu, dan untuk apa meninggalkan apa yang sebenarnya adalah kamu. Memang tidak salah merubah sesuatu hal, tapi tidak mematikan apa yang sudah ada. Kita hidup terus berkembang, mencari hal baru, sesekali kita harus membuka mata, atau bahkan mengulurkan setitik harapan untuk hal yang menurutmu tidak berarti. Apapun itu.
Aku kembali ke duniaku, dunia yang hanya ada tulisan tanpa gambar. Tidak banyak orang akan mengerti dunia ku, dunia dimana emosiku bercampur aduk hanya karna susunan kata. Dunia dimana tidak banyak orang tau tentang maksudku, tentang mauku, yang aku siratkan dalam sebuah tulisan-tulisan fiksiku. Tulisan tak bertuan, tulisan yang kupersembahkan untuk sesuatu yang kuanggap penting. Kenapa penting?
Tidak semua orang bisa menjadi sumber dimana, karena dia ada sebuah karya, ada sebuah tulisan.
Menurutku; tanpa sebuah permintaan, aku menulis tentang dia, tentang seseorang. yang kalian tau seberapa berpengaruhnya dia, seseorang tersebut dalam gejolak emosi rasa.
#tulisanku kali ini tidak terarah, berbelit-belit. Coba baca pakai hati siapa tau kalian tau maksudku:)
Dari seseorang
Yang menganggap dirinya dandelion
Minggu, 04 Desember 2016
Tetaplah ada tanpa saling meniadakan
Jumat, 02 Desember 2016
Aku menulis tentang kamu lagi :)
Kamis, 14 April 2016
Delapanbelas
Delapan belas hari tanpamu.
Sampai saat ini pun aku belum bisa bersikap biasa-biasa saja, susah banget fake face tiap hari..
Pagi-pagi sampai sore datang..
Didepan mata ku itu kamu.. cobak? Aku mau ikhlas model yang bagaimana Tuhan? Bila dia memang bukan buat aku,
Tolong buat aku tak perduli saat aku denger namanya,
Tolong buat jantungku berdegup sewajarnya saat berpapasan dengannya,
Tolong buat aku ambil nafas seperlunya saja, jika bau parfumnya mulai menyebar seisi ruangan,
Tolong buat aku ikhlas aja, karena arti dari kata move on itu gak segampang ngehapus foto digallery, tapi masalah hati...
Beribu lelaki semanis apapun Tuhan, dia tetap yang pling manis.
Ahh-- aku sudah tidak ada hak untuk cemburu, tapi kalo lihat kedepan yang kayak begituan kok yaa masih sakit hatinya kebangetan ya..
Apalagi mau tau urusannya? HAHAHA
Kalo kata raisa apalah arti menunggu, kalo apalah arti loveyou?
Kayak nasi yang didiemin 2 hari "BASI"
Intinya ini gak mudah, ngejalanin hari yang dmana semua langkah yang kamu mulai berjalan beriringan dengan kenangan? Seenggaknya aku pernah jadi orang yang paling deket (baca:pacar) apapun pernah dilalui, sesusah apapun, seseneng appun, semarah apapun dan seseseaemuanya.
Aku masih sangat hafal semua detail tentang kamu. Oh seneraka ini
Hidup pasti terus berjalan, mau disesalin kayak apapun semua gak bakal ngerubah keadaan.. and then, aku banyak tau
Nyatanya.. jangan merubah seseorang tapi perbaiki diri sendiri, jangan berekspetasi terlalu besar tapi buat sebuah kenyataan untuk diri sendiri, bukan dengan diam orang bisa mengerti, semua butuh diomongin.. Tuhan nyiptain mulut buat ngomong kan? Jadi komunikasi itu sangat penting, dengan memberi kabar itu bakalan ngebuat seseorang ngerasa dihargai.
Hargai orang lain baru boleh menuntut, dengarkan jangan maunya didengerin terus.
Ahh gatau aku nulis apan. Saking penuhnya otak sama abecede.
Intinya aku bingung mif, kudu kek gimana? Masak iya mesti pindah biar berasa jauh.
Boleh deh kamu ninggalin aku, seenggaknya kasih pelukan terakhir?
Kamis, 07 April 2016
Hujan
Apa yang terjadi, jika hujan tidak pernah turun lagi? Apa yang terjadi, jika kamu tidak pernah mengingatku lagi? Seperti orang-orang yang lupa tentang hujan. bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja!
Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian
Selasa, 05 April 2016
Sembilan hari tanpamu
Semua masih seneraka hari pertama. Aku masih sesak ketika mengingat tentangmu, tentang cerita kita yang telah menjadi abu, yang kaubakar dengan begitu saja di depan mataku. Dan, aku yang terlanjur rapuh ini hanya bisa diam, menatapmu pergi, seakan tak punya kesempatan untuk meminta semua agar kembali padaku. Kamu pergi begitu saja, tanpa pesan ataupun berita, semua itu makin membuatku tersiksa serta mati rasa.
Di mataku, kamu sempurna, sesempurna pertemuan kita yang ternyata membawa perasaan yang berbeda. Aku tak bisa menebak bahwa semua ini cinta, tapi apakah namanya jika aku berkali-kali menangisimu; saat kamu bilang ingin mengakhiri semua? Aku tak yakin, apakah kebersamaan kita selama hampir dua tahun itu telah menimbulkan perasaan kasih sayang dan takut kehilangan, namun apakah namanya jika aku merasa sendiri ketika kamu tak melengkapiku? Hari-hariku betapa sepi tanpamu dan anehnya aku begitu mudah menangis setiap melihat fotomu. Mengapa kamu malah makin tampan justru ketika kita tak lagi bersama dan tak lagi menjalani cinta? Aku rindu hidungmu, rindu rambutmu, rindu lekuk senyuman dari bibirmu, rindu tawamu, dan rindu banyak hal yang dulu masih bisa kita lewati berdua.
Hari ini, aku banyak terdiam. Berkali-kali aku menatap ponselku, berharap kamu berubah pikiran, berharap semua ini hanya candaan. Nyatanya, ini sungguh terjadi dan bukan candaan. Biasanya kamu menyapaku entah melalui pesan singkat, melalui percakapan kita di ponsel, dan meneleponku dengan suaramu yang khas itu. Rasanya semua ini makin aneh ketika aku mencoba untuk menganggap tak ada bedanya hari-hari tanpamu dan hari-hari ketika bersamamu. Semakin aku memaksakan diri terlihat baik-baik saja, semakin aku mendapati diriku yang tak lagi "bernyawa". Aku kehilangan kamu, separuh diriku yang pergi tanpa bilang-bilang. Ditinggalkan tanpa penjelasan membuatku makin tersiksa.
Di depan handphone yang hanya bisa menimbulkan suara jentikan, aku menatap diriku sendiri dalam tulisan. Sebenarnya, harapanku sederhana saja, kamu memberiku sebuah pelukan hangat dan berjanji tidak akan meninggalkanku. Dan, kenyataan yang harus kuterima dengan akal sehatku bahwa semua yang aku harapkan hanya mimpi belaka, aku harus berjalan sendirian lagi, meskipun sebenarnya aku merasa semua akan lebih baik jika aku menjalani hari-hariku denganmu. Kadang, harapan memang hanya akan berakhir dengan harapan, dan kehilangan kamu adalah sebuah kesedihan yang selanjutnya akan menghasilkan tangisan.
Sembilan hari ini, yang aku pikirkan hanya satu hal. Mengapa semua ini bisa terjadi justru ketika aku yakin ingin mempertahankanmu? Mengapa kamu pergi justru ketika aku masih ingin menyelami dirimu? Mimpi-mimpi yang telah aku buat seketika ambruk hanya karena dua kata darimu. "Ini pilihanku." Nyatanya tidak. Aku nyoba nyerah, nyerah, dan nyerah.. dan itu tak semudah berucap--
Terlalu mudah bagimu untuk mencampakan gadis bodoh sepertiku, gadis yang setia mencintaimu tanpa menghitung apa saja yang telah dia berikan padamu, gadis yang tak menghitung seberapa banyak darahnya mengalir hanya untuk mempertahankan kamu, gadis yang tak meminta balasan apapun darimu selain peluk hangat dan kecup di jidat. Namun, hampir dua tahun bersamamu sungguh membuatku terlena, mabuk kepayang, dan bahkan sakit hati sendirian.
Sembilan hari ini, tak banyak yang aku lakukan. Aku masih kesesakan dengan tangisku sendiri, aku masih tidak bisa berdiri dengan tegak karena merasa seluruh tulangku tak lagi punya daya dan upaya untuk bangkit. Aku seperti manusia yang badannya sakit di segala sisi, yang tidak ingin melakukan hal lain-- selain menangisimu.
Dari perempuan,
yang terus menangisimu.
Senin, 04 April 2016
Aku berharap itu kamu
Mungkin, kamu tidak akan membaca tulisan ini, tapi innocent-mu akan selalu menulis tentangmu, meskipun aku pun tahu-- kamu tidak akan pernah tahu. Kamu tidak akan pernah tahu betapa tersiksanya hari-hariku tanpa mengetahui kabar darimu. Kamu tidak akan mengerti betapa dadaku sesak setiap memikirkanmu. Kamu tidak akan pernah menyadari betapa rindu di dadaku layaknya kelinci nakal yang memaksa keluar kandang meskipun tahu bahwa dunia luar sungguhlah tidak aman untuk sang kelinci.
Berhari-hari, aku berusaha mengisi waktu luangku, dengan apapun yang bisa aku kerjakan agar aku tidak punya waktu bahkan sedetik saja untuk mengingatmu. Karena kamu sudah begitu lekat di sana, karena dirimu sudah punya tempat tetap di sana; di hatiku yang nyatanya belum dihuni orang lain selain dirimu. Dan, aku belum menemukan cara terbaik untuk menghilangkanmu, kamu selalu kembali teringat lagi ketika aku berusaha mengusirmu pergi. Entahlah, mungkin memang kamu diciptakan untuk tetap tinggal, meskipun sebenarnya kebersamaan aku dan kamu tak lagi ada.
Aku memaksa diriku untuk melupakan rambutmu, untuk tak lagi mengingat suara beratmu, untuk membakar semua memori tentang kebahagiaanmu saat bercerita tentang game-game yang tak kumengerti, untuk memudarkan senyummu di otakku, untuk menghilangkan jutaan deretan huruf dan angka yang muncul dalam chat kita, untuk mengusir semua rasa cinta-- dan aku mutlak gagal. Aku harus menerima kenyataan bahwa kamu mungkin akan selalu berdiam di sana, di hatiku yang telah kamu patahkan berkali-kali, namun aku maafkanmu lagi dan lagi.
Salahkan aku jika ini berlebihan, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertarik padamu. Pertama kali melihat semua karyamu, melihat polah tingkahmu, mendengar suaramu, melirik senyummu, dan membaca semua chat kita-- sungguh aku tak bisa menahan diri untuk tidak mencintaimu. Meskipun aku tahu mencintaimu adalah awal tragedi buatku, karena aku pasti harus cemburu pada ribuan fansmu, aku harus makan hati karena chat-ku tidak dibalas berkali-kali, dan aku harus berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankanmu. Ya, perjuanganku untuk mencintaimu memang sangat berat.
Aku jelas bukan siapa-siapa dan mungkin aku hanyalah perempuan bodoh yang terlalu menggunakan perasaan, yang tak berpikir bahwa berlian sepertimu tak mungkin jatuh cinta pada tanah liat sepertiku. Seharusnya, aku memang sadar diri, sejak awal percakapan kita itu, aku semestinya tak perlu berlebihan
Aku pun ingin berpikir logis, aku pun ingin menggunakan logikaku, dan aku pun ingin tidak sepeka pria, karena menjadi perempuan peka sungguhlah melelahkan.
Aku pun ingin tak berharap lebih, tapi aku sudah mencintaimu, dan bagaimana caranya mengantisipasi semua luka jika kamu tidak akan pernah kembali lagi untuk sekadar mengobati perihku? Aku pun ingin melupakanmu, tapi saat tahu bahwa bersamamu sungguhlah menyenangkan, rasanya sangat sulit untuk melupakanmu hanya dalam hitungan hari. Aku pun ingin menjauh dari semua bayangmu, tapi diriku selalu menginginkanmu, mataku hanya mau membaca semua chat darimu, dan hatiku hanya menuju padamu. Lantas, di bisingnya kota surabaya ini, aku hanya menyesali semua air mata yang terjatuh sia-sia untukmu.
Aku sungguh jatuh cinta padamu dan rasanya sangat sulit menerima kenyataan bahwa kita tidak lagi bercakap-cakap sesering dulu lagi. Dalam kesibukanmu, aku selalu menatap ponselku. Setiap ada pemberitahuan masuk, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berdering, aku berharap itu kamu. Setiap sebuah chat masuk, aku berharap itu kamu. Setiap layar ponseku menyala, aku berharap itu kamu. Setiap ponselku berbunyi, aku berharap itu kamu.
Aku berharap itu kamu, yang memegang jemariku kala aku kebingungan menentukan arah hidupku. Aku berharap itu kamu, pria yang dengan lembut memelukku ketika aku kelelahan menghadapi dunia. Aku berharap itu kamu, yang menemaniku keliling-keliling surabaya seolah-olah sebagai bapak gojekku, di bawah sinaran lampu jalanan, dan aku memelukmu layaknya orang yang paling takut kehilangan. Aku berharap itu kamu, pria yang mengecupku dengan sangat pelan, menenangkan tangisku yang sesenggukan, dan berkata bahwa semua akan tetap berjalan.
Aku berharap itu kamu, wahai penghulu malaikat yang berperang melawan setan dan kejahatan. Aku berharap itu kamu, racunku yang juga adalah penenangku.
dari innocent-mu,
yang masih terus diam-diam;
menunggumu.